Agar Hasilkan Umbi yang Bagus, Perhatikan 6 Cara Menanam Porang yang Benar
Porang adalah tanaman dengan nama latin A. oncophyllus adalah jenis umbi-umbian yang punya nilai ekonomis tinggi, mengutip dari website Indonesia.go.id, Berdasarkan data Indonesia Quarantine Full Automation System (IQFAST) atau Badan Karantina Pertanian (Barantan), mengemukakan semester pertama 2021, ekspor porang Indonesia mencapai angka 14,8 ribu ton, di mana angka ini melampaui jumlah ekspor semester pertama pada 2019 dengan jumlah 5,7 ribu ton, kenaikan ini menunjukkan aktivitas ekspor sebanyak 160 persen.
Karena tingginya permintaan pasar, tentu hal ini bisa dijadikan pertimbangan untuk membuka usaha budidaya tanaman porang. Namun jika ingin membuka budi daya porang ada beberapa hal yang mesti diketahui seperti penjabaran berikut.
1. Pengolahan Tanah
Sebagai medium tempat tanaman porang ditanam, pengolahan tanah memiliki peranan penting. Laiknya tanamana umbi-umbian lainnya dianjurkan medium tanah yang digunakan tanah yang gembur dan subur.
Apabila bibit berasal dari umbi porang maka lubang tanam ditutup dengan lapisan tanah bagian atas (topsoil) dan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 45 cm, jarak antara lubang tanam 90 x 90 cm. Kalau tanaman porang dirancang untuk menghasilkan ubi berkuran kecil-sedang, maka jarak antar lubang tanam dikurangi menjadi 60 x 60 cm.
Sedangkan untuk bibit yang berasal dari bubil/katak, dianjurkan untuk membuat guludan, setelah tanah diolah intensif dengan jarak antar gulud 90 cm dan bubil ditanam dalam guludan dengan jarak 90 cm.
2. Pemilihan Bibit
Bibit berukuran berat 500 gram disarankan ditanam dengan jarak 90 x 90 cm merupakan kondisi ideal dalam memproduksi ubi tanaman porang. Sedang Ubi atau potongan ubi berukuran 200 gram sudah cukup layak dijadikan bibit dengan jarak 30 x 30 cm akan menghasilkan umbi porang seberat 500 gram. Sebagai informasi untuk menghasilkan umbi porang yang lebih besar memerlukan waktu 2 hingga 3 tahun.
Setelah dipanen, umbi porang disimpan beberapa bulan sebelum ditanam kembali, dengan masa masa dormasi 3-4 bulan siap tanam, maka untuk mencegah bibit menjadi rusak akibat serangan pathogen jamur tanah bibit direndam dalam larutan campuran fungisida mankozeb (0,2%) +insektisida monokrotofos (0,05%) selama 10 menit dan dikeringanginkan pada kondisi ternaungi selama 24 jam.
Bulbil dapat ditanam langsung di lapang yang berukuran sedang 5 gram dan besar 10 gram sama baiknya dijadikan bibit.
Biji juga bia dijadikan bibit porang, namun kemukinannya hanya 40 persen keberhasilanya, yang dilakukan dengan proses penyemaian di tas media tanam pasit atau tanah remah .
3. Jarak Tanam
Jarak tanam porang disesuaikan dengan umur panen yang diinginkan, jika umur 8 bulan pertama, maka jarak tanam harus 30 cm x 30 cm, lalu jika rencana panen tahun ke dua dianjurkan jarak tanam 45 cm x 45 cm. Apabila periode panen tahun ke tiga maka perlu jarak tanam yang lebih lebar 60 cm x 60 cm.
4. Kedalaman tanam
Semakin dalam ditanam umbi porang akan persulit peranakan, gunakan ke dalaman tanah sekitar 10 cm dari permukaan tanah ukuran yang cukup ideal untuk penanaman porang. Namun kedalaman juga dipengaruhi oleh macam dan ukuran bibit yang digunakan. Jika gunakan umbi katak (bulbil), cukup sekitar 5 cm. Lalu jiak gunakan ubi kecil berukuran 200 gram maka ditanam kedalaman 10 cm, dan 15 cm ditanam pada kedalaman untuk bibit lebih besar.
5. Penyiangan
Penyiangan gulma terutama dilakukan pada awal pertumbuhan tanaman sebelum kanopi menutup, umumnya dilakukan secara manual pada umur 30, 60, dan 90 hari setelah tanam. Dengan tidak melewatkan proses ini maka hasil umbi meningkat 34-285 persen. Disarankan penyiangan dilakukan dua kali selama pertumbuhan tanaman suweg, yaitu pada pada umur dua dan empat bulan setelah tanam.
6. Pengelolaan air
Untuk menghasilkan ubi yang optimum diperlukan tanah dengan kelembaban yang cukup, terutama pada awal pertumbuhan tanaman. Namun tanaman porang umumnya diusahakan di lahan kering. Kandungan air kurang dari 40 persen kapasitas air lapang, maka akar akan lebih cepat kering dibandingkan pada kondisi normal.
Sumber: tempo.co