Diburu Negara-negara Eropa, Harga Batu Bara Naik Mendekati US$ 400
Harga batu bara di Pasar ICE Newcastle pada Kamis (23/6) sore naik ke level US$ 399 per ton atau 11,22% dibandingkan harga pekan lalu di level US$ 358,75 per ton. Secara bulanan, harga mineral hitam ini sudah melesat 23,15% dari US$ 324 per ton.
Kenaikan harga batu bara terjadi kerena sejumlah negara Eropa berniat untuk kembali mengaktifkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara miliknya usai Rusia memangkas ekspor gasnya ke kawasan tersebut.
Jerman, Austria dan Belanda akan kembali mengaktifkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara setelah raksasa energi Rusia Gazprom mengurangi jumlah gas yang dipasok melalui pipa Nord Stream 1 ke Jerman. Pipa Nord Stream 1 hanya mengaliri gas sejumlah 40% dari total kapasitas.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan bahwa pemotongan pasokan gas ke Eropa merupakan serangan terhadap Jerman. Negeri Panzer menjadi yang nomor wahid di antara blok barat yang kembali menghidupkan pembangkit listrik batu bara.
Habeck mengatakan Berlin sedang mengerjakan undang-undang baru untuk menggunakan kembali PLTU Batu Bara Mothballed hingga 10 gigawatt selama 2 tahun ke depan. Kapasitas tersebut, diperkirakan dapat menyumbang sekitar 5% dari total produksi energi Jerman.
Italia pada Selasa (21/6) juga mengumumkan rencana untuk membeli batu bara untuk menyalakan pembangkit listrik batu bara. Perusahaan energi Italia, Eni, melaporkan aliran gas dari Rusia berkurang selama lebih dari seminggu.
Menteri Transisi Ekologi Roberto Cingolani mengatakan bahwa langkah tersebut bertujuan untuk menghemat gas sekaligus menjembatani kesenjangan pasokan energi. Sebagai informasi, 45% gas Italia berasal dari Rusia. Italia akan mengumumkan status siaga tinggi jika Rusia terus membatasi pasokan.
Negeri kincir angin Belanda juga akan meningkatkan produksi listrik dari batu bara untuk menghemat pasokan gas. Pemerintah Belanda mengatakan mereka segera mengambil langkah untuk membatasi konsumsi gas, termasuk di antaranya pencabutan pembatasan PLTU batu bara hingga 2024.
Pemerintah juga mengatakan akan mendorong warga dan pelaku usaha untuk menghemat gas, termasuk dengan memberikan insentif finansial kepada pengguna industri besar untuk memangkas konsumsinya. “Kami melihat total pasokan gas dari Rusia ke Eropa menurun dengan cepat,” kata Menteri Energi dan Iklim, Rob Jetten.
Senada, pemerintah Austria pada Minggu (19/6) mengumumkan bahwa mereka akan menyalakan kembali pembangkit listrik batu bara, mengikuti langkah Jerman.
“Pemerintah federal dan kelompok energi Verbund telah sepakat untuk mengubah pembangkit listrik pemanas distrik Mellach, yang saat ini ditutup, sehingga dalam keadaan darurat dapat sekali lagi menghasilkan listrik dari batu bara (bukan gas),” kata Kanselir Austria, Karl Nehammer.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu bara Kementerian ESDM Lana Saria mengatakan, Jerman telah mengajukan permintaan batu bara sebanyak 6 juta ton kepada Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ia melakukan kunjungan kerja pada akhir bulan Mei lalu.
“Permintaan juga disampaikan Asosiasi Pertambangan Jerman ke Kedutaan Besar Indonesia di Jerman. Tapi belum ada lagi permintaan secara resmi,” kata Lana kepada Katadata.co.id melalui pesan singkat pada Selasa (21/6).
Selain Jerman, sejumlah negara lain seperti Polandia, India dan Pakistan juga tertarik untuk membeli batu bara Indonesia. “Ada kabar seperti itu, tapi belum ada permintaan secara resmi,” ujar Lana.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan tingginya harga batu bara disebabkan oleh sejumlah peristiwa global seperti krisis listrik yang menimpa India akibat adanya fenomena gelombang panas. Selain itu pelonggaran penguncian wilayah (lockdown) di Cina meningkatkan aktivitas komersial dan mendorong harga.
Selanjutnya, masih berlangsungnya konflik antara Rusia dan Ukraina dirasa ikut mengerek harga batu bara global. Hal ini disebabkan oleh keputusan Uni Eropa yang mengembargo komoditas energi Rusia seperti gas alam dan minyak mentah.
“Suplai energi Eropa akan terganggu. Mau tidak mau negara Eropa harus kembali menggunakan batu bara untuk operasional PLTU untuk menghasilkan listrik. Karena memang batu bara salah satu sosok yang paling mudah dan paling murah,” kata Mamit kepada Katadata.co.id, Rabu (8/6).
sumber: katadata.co.id