Pembangkit listrik batu bara yang diubah jadi ‘baterai raksasa’
Problematika energi terbarukan
Sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari menjadi andalan dalam transisi nol emisi. Energi terbarukan tidak menghasilkan gas rumah kaca.
Semakin banyak energi terbarukan menggantikan bahan bakar fosil seperti batu bara dan gas, maka semakin dekat kita dengan emisi nol bersih.
Jumlah energi yang berasal dari sumber terbarukan terus meningkat.
Menurut laporan Badan Energi Internasional yang diterbitkan pada Januari 2024, energi terbarukan akan menghasilkan 33,5% listrik global tahun ini dan dapat mencapai 41,6% pada tahun 2028.
Namun, penggunaan energi terbarukan memunculkan tantangan bagi jaringan listrik.
Pembangkit batu bara dan gas dapat dinyalakan dan dimatikan sesuai keinginan. Sumber ini dapat memasok lebih banyak energi saat dibutuhkan: dalam istilah bidang ini, energi yang “dapat didistribusikan”.
Sebaliknya, sumber energi terbarukan bersifat terputus-putus dan kurang dapat dikendalikan: Matahari tidak bersinar di malam hari dan angin tidak selalu bertiup (dan terkadang dapat bertiup terlalu kencang).
“Dengan energi terbarukan, kita memiliki lebih sedikit daya yang dapat didistribusikan,” kata Grazia Todeschini, insinyur listrik dari King’s College London, Inggris.
Sampai batas tertentu, masalah intermitensi dapat dikelola dengan beragam pilihan sumber daya terbarukan. Jika satu sumber tidak menghasilkan cukup banyak, yang lain dapat menggantikannya.
Tenaga nuklir, yang bebas karbon, juga menawarkan pasokan yang stabil.
Di samping itu, negara-negara berinvestasi besar dalam penyimpanan energi. Ketika banyak listrik dihasilkan tetapi tidak dibutuhkan, listrik tersebut dapat disimpan—kemudian ketika terjadi kekurangan, listrik tersebut dapat dilepaskan.
“Poin utamanya adalah dapat mencocokkan pembangkitan dan permintaan,” kata Todeschini.
Salah satu pembangkit listrik batu bara yang sudah tidak beroperasi di Ferrybridge, West Yorkshire, Inggris, diubah menjadi sistem penyimpanan energi baterai© Getty Images
Selama beberapa dekade, bentuk penyimpanan energi yang paling penting adalah tenaga air yang dipompa.
Kelebihan listrik digunakan untuk memompa air ke atas bukit, sehingga dapat dilepaskan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik saat dibutuhkan.
Namun, cara ini tidak akan cukup untuk era terbarukan, dan tenaga air juga memiliki masalah emisinya sendiri.
“Kapasitas itu hampir jenuh di mana-mana, setidaknya di Eropa,” kata Todeschini.
“Tidak ada ruang untuk membangun lagi.”
Itulah sebabnya banyak negara beralih ke sistem penyimpanan energi baterai (BESS).
Sebuah situs BESS seperti serangkaian baterai: yang besar, seukuran kontainer pengiriman. Kelebihan listrik dari sumber terbarukan dapat dialirkan ke dalam baterai, siap untuk dikeluarkan saat permintaan tinggi.
“Dalam 20 tahun terakhir, teknologi ini telah banyak berkembang,” kata Todeschini.
“Kontrolnya lebih tepat, dan biayanya juga menurun.”
Semua itu menjelaskan mengapa salah satu pembangkit listrik tenaga batu bara di Inggris yang sudah tidak beroperasi diubah menjadi situs BESS.
Sisa-sisa tiga pembangkit listrik tenaga batu bara di Ferrybridge
Di dekat Ferrybridge di West Yorkshire terdapat sisa-sisa tiga pembangkit listrik tenaga batu bara.
Stasiun ketiga, Ferrybridge C, telah beroperasi selama hampir satu abad. Stasiun pertama beroperasi pada 1927 dan stasiun terakhir dinonaktifkan pada 2016.
Stasiun ketiga, Ferrybridge C, telah menjadi milik perusahaan energi SSE pada tahun 2004, yang mengoperasikannya hingga lokasi tersebut ditutup dan dibongkar.
Sekarang SSE sedang membangun BESS di lokasi Ferrybridge C. Stasiun ini akan memiliki kapasitas sebesar 150 megawatt (MW).
Menurut perkiraan SSE, stasiun ini akan cukup untuk memberi daya pada 250.000 rumah. Konstruksi dimulai pada Agustus 2023, dan Juni 2024 baterai pertama tiba.
Bulan berikutnya, unit baterai terakhir dari 136 unit dipasang.
“Kami sekarang berada pada titik di mana semua perlengkapan sudah ada di lokasi,” kata Heather Donald dari SSE Renewables, yang menjabat sebagai direktur tenaga angin, surya, dan baterai untuk Inggris Raya dan Irlandia.
“Kami akan segera memasuki fase pengoperasian dan kami berharap dapat menyalakannya awal tahun depan.”
Membangun serangkaian baterai di lokasi pembangkit listrik tenaga batu bara lama memiliki banyak keuntungan, kata Donald.
“Pertama dan terpenting, ada koneksi jaringan di sana,” katanya.
Itu berarti menghubungkan BESS ke jaringan semudah mungkin.
“Akses ke koneksi jaringan dan kapasitas jaringan sangat penting sekarang.”
“Ini adalah penggunaan kembali lokasi yang hebat,” kata Donald.
Lebih banyak ‘baterai raksasa’
Jika Inggris ingin mencapai target dekarbonisasinya, negara ini akan membutuhkan lebih banyak proyek BESS seperti Ferrybridge.
Beberapa indikasi tentang berapa banyak lagi yang dibutuhkan dapat diperoleh dari laporan Skenario Energi Masa Depan terbaru, yang dirilis pada Juli 2024 oleh National Grid.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa Inggris memiliki kapasitas penyimpanan baterai sebesar 4,7 gigawatt (GW) pada tahun 2023.
Jumlah tersebut sangat besar, tetapi pemerintah Inggris telah menetapkan target yang mengikat secara hukum untuk mencapai emisi nol bersih pada 2050.
Bergantung pada bagaimana hal ini dicapai, negara tersebut akan membutuhkan penyimpanan antara 29 GW dan 36 GW pada 2050.
Bahkan angka yang lebih rendah hanya mungkin jika Inggris menyimpan banyak energinya dalam bentuk hidrogen.
Pembangkit listrik tenaga batu bara.© Getty Images
Saat ini, sebagian besar hidrogen berasal dari sumber bahan bakar fosil, sehingga diperlukan peralihan ke alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Jika hidrogen hijau tidak berkembang pesat, Inggris akan membutuhkan lebih banyak BESS untuk mengimbanginya.
Singkatnya, kapasitas BESS Inggris perlu ditingkatkan setidaknya enam kali lipat, dan mungkin mendekati delapan kali lipat, dalam seperempat abad mendatang.
Masih banyak lagi lokasi BESS yang sedang direncanakan di Inggris. Pada Juni 2024, beberapa rencana disetujui untuk fasilitas BESS, seperti di ladang dekat dusun Wineham di Sussex Barat.
Satu lagi di dekat Sunderland direkomendasikan oleh para perencana kota pada Agustus. Beberapa minggu kemudian, fasilitas serupa disetujui untuk lahan pertanian di Cumbria.
Mengingat peningkatan besar dalam kapasitas baterai yang dibutuhkan, pembangkit listrik yang tidak digunakan seperti Ferrybridge C adalah pilihan yang “menggoda”.
“Agar dapat menggunakan bekas lokasi energi untuk energi bebas karbon baru jelas merupakan sesuatu yang ingin kami lakukan lebih banyak lagi,” kata Donald.
SSE memang sedang membangun BESS kedua di lokasi pembangkit listrik berbahan bakar batu bara lainnya.
Pembangkit listrik Fiddler’s Ferry di Warrington, Cheshire, ditutup pada 2020, dan pada Desember 2023, perusahaan mengumumkan akan mengubahnya menjadi BESS dengan daya150 MW. Konstruksi dimulai pada musim semi 2024.
“Saya setuju bahwa masuk akal untuk menggunakan lokasi yang sudah memiliki sebagian infrastruktur ini,” kata Todeschini.
Meski demikian, tidak semua bekas pembangkit listrik berbahan bakar fosil cocok untuk BESS.
“Itu sangat bergantung pada lokasinya,” kata Todeschini.
BESS di Ferrybridge C akan memiliki kapasitas 150 megawatt, cukup untuk memberi daya pada 250.000 rumah© Getty Images
Misalnya, lokasi yang jauh dari lingkungan permukiman mungkin tidak cocok. Sebaliknya, lokasi tersebut dapat digunakan kembali sebagai ladang angin atau bentuk pembangkitan lainnya.
Todeschini juga menyarankan lokasi pengisian daya untuk armada kendaraan listrik.
“Saya mendukung pendekatan campuran semacam ini, secara umum, untuk transisi energi,” kata Todeschini.
“Pendekatan saya adalah benar-benar mempertimbangkan semua opsi.”
Meskipun demikian, banyak bekas pembangkit listrik berbahan bakar fosil di seluruh dunia yang digunakan kembali untuk baterai.
Di wilayah Lusatia, Jerman, terdapat sistem rumit tambang batu bara dan pembangkit listrik termal yang dioperasikan oleh perusahaan energi LEAG.
Pada 2023, perusahaan tersebut—yang mengkhususkan diri dalam bentuk batu bara yang paling kotor, lignit—mengumumkan rencana untuk mengubah seluruh kompleks menjadi “pusat energi hijau”.
Ini akan mencakup angin dan matahari, hidrogen dan baterai, dan rencananya akan diselesaikan pada 2040.
Langkah awal adalah mengubah pembangkit listrik tenaga batu bara Boxberg menjadi fasilitas BESS, yang akan beroperasi pada 2027.
Pada Juni 2024, LEAG memperoleh pendanaan Uni Eropa sebesar €58 juta (sekitar Rp988,6 miliar) untuk mendukung proyek ini.
Di belahan dunia lain, bekas Pembangkit Listrik Liddell di New South Wales, Australia, akan menjadi Baterai Liddell.
Pemilik lokasi, AGL Energy, mengumumkan proyek tersebut pada Desember 2023 dan konstruksi dimulai pada Juni 2024. Baterai berkapasitas 500 MW tersebut akan mulai beroperasi pada Desember 2025.
Menara tegangan tinggi dengan latar belakang matahari terbenam.© Getty Images
Terakhir, Nevada menjadi lokasi proyek yang telah menyimpan dan memasok listrik. Pembangkit Listrik Reid Gardner yang menggunakan batu bara—terletak 80 km di timur laut Las Vegas—ditutup pada 2020.
Sebuah perusahaan bernama Energy Vault telah menggantinya dengan Sistem Penyimpanan Energi Baterai Reid Gardner, yang berkapasitas 220 MW. Lokasi tersebut mulai beroperasi pada akhir April 2024.
Semakin banyak proyek seperti ini yang mulai beroperasi, semakin baik hasilnya, kata Donald.
“Ini jelas merupakan teknologi yang sedang berkembang,” katanya.
Donald berharap BESS menjadi lebih efisien dan mampu menyalurkan listrik untuk jangka waktu yang lebih lama—membantu memastikan pasokan listrik yang aman setelah semua pembangkit bahan bakar fosil dimatikan untuk selamanya.
sumber:BBC News Indonesia