Pertanian

Cerita soal porang, tanaman viral yang bikin banyak petani jadi miliarder

Tanaman porang tengah jadi perbincangan hangat. Dahulu, tanaman jenis umbi-umbian ini hampir tak dilirik untuk dibudidaya. Bahkan di beberapa daerah, porang sering dianggap sebagai makanan ular. 

Tapi ternyata, umbi dari porang, banyak dicari di pasaran luar negeri seperti Jepang dan Korea. Tepung umbinya dipakai sebagai bahan baku kosmetik dan obat. Di Madiun, semenjak dibudidayakan petani dari tahun 1970-an, porang menjadi komoditas tanaman perkebunan yang menjanjikan bagi petani setempat. 

Harga porang iris kering yang terus melonjak dari tahun ke tahun menjadikan banyak petani yang banting stir menanam porang. 
Dikutip dari Harian Kompas, 7 Mei 2013, Hampir semua hasil umbi porang di Madiun diekspor sebagai bahan baku ramen atau mi tradisional Jepang serta untuk bahan konyaku dan kosmetik. 

Namun, petani di Madiun menjual dalam bentuk umbi basah sehingga harganya rendah, sekitar Rp 2.500 per kilogram (kg). Setiap 1 hektar tanaman porang menghasilkan umbi basah hingga 16 ton, atau mendatangkan penghasilan sekitar Rp 40 juta. 

Pendapatan yang diterima petani lebih besar bila bisa memberikan nilai tambah pada umbi porang. Caranya dengan mengolah jadi chips (irisan tipis) atau tepung. 

Chips porang dihargai hingga Rp 27.000 per kg dan tepung porang dihargai hingga Rp 600.000 per kg. Petani porang di Madiun pun menerima bantuan tiga alat pengolah porang jadi chips dari pemerintah pusat. Beberapa petani bahkan kaya raya berkat tanaman ini. 

Paidi contohnya, petani porang asal Madiun yang sebelumnya berprofesi sebagai pemulung ini jadi miliader berkat porang. Suksesnya tak dibawa sendiri, dia juga mengajak petani-petani di kampung halamannya menanam porang. 

Awal mula perkenalannya dengan porang saat dirinya bertemu temannya di Desa Klangon, Kecamatan Seradan, Kabupaten Madiun. 

Di daerah itu, banyak petani membudidayakan porang. Dari informasi di internet, porang banyak dicari perusahaan-perusahaan besar dunia. 

“Setelah saya cek, ternyata porang menjadi bahan makanan dan kosmetik yang dibutuhkan perusahaan besar di dunia,” ungkap Paidi dikutip dari Kompas.com (12/6/2019). 

Melihat peluang yang besar, dirinya pun berinisiatif menanam porang di kampung halamannya. Porang rupanya tumbuh subur di lahan perbukitan di desanya meski ditanam di bawah pohon jati. 

Dalam satu hektar, Paidi bisa memanen umbi porang hingga 70 ton. Selain itu, di Jawa Timur, mulai banyak bermunculan pabrik pengolahan porang untuk diekspor. Ditanya omzet yang ia dapatkan dari pengembangan porang di Desa Kepel, Paidi mengatakan sudah mencapai miliaran rupiah. “Sudah di atas satu miliar,” kata Paidi.

sumber: kontan.co.id

Author: greengorga

Leave a Reply